Halo sobat Biografinesia! Pada artikel sebelumnya, kita sudah mengetahui perjuangan Adam Malik dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Nah, kali ini kita akan membahas tentang biografi Pangeran Antasari, seorang pejuang nasional dan pemimpin dari perang Banjar.
Beliau berhasil melawan dan mengusir Belanda dari tanah Banjar dengan gagah berani. Pangeran Antasari juga mendapatkan julukan Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Bagi sobat Biografinesia yang penasaran dengan biografi Pangeran Antasari secara lengkap, yuk langsung cek informasinya berikut ini.
Contents
Biografi Pangeran Antasari
Pangeran Antasari memiliki nama asli Gusti Inu Kartapati, lahir pada tahun 1797 di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Nama ayahnya adalah Pangeran Masohut (Mas’ud) dan ibunya bernama Gusti Khadijah binti Sultan Sulaiman.
Beliau memiliki seorang adik perempuan bernama Ratu Sultan Abdul Rahman. Adiknya menikah dengan seorang Pangeran Banjar, yaitu Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam.
Pangeran Antasari adalah keturunan langsung dari penguasa Kesultanan Banjar. Kakeknya bernama Pangeran Amir yang gagal naik takhta karena adanya campur tangan dari kolonial Belanda.
Oleh sebab itu, sejak kecil Pangeran Antasari selalu diajarkan agar tidak percaya terhadap pemerintah Belanda.
Nama Istri dan Anak Pangeran Antasari
Pangeran Antasari memiliki dua istri, yaitu Ratoe Idjah binti Sultan Adam. Kemudian istri keduanya bernama Nyai Fatimah, adik dari Tumenggung Surapati. Dari pernikahannya ini, beliau memiliki 8 putri serta 2 putra.
Nama putra dan putrinya yang terkenal, yaitu Panembahan Muhammad Said, Putri Kaidah, Sultan Muhammad Seman, serta Putri Hasiah.
Kedua putranya, yaitu Panembahan Muhammad Said dan Sultan Muhammad Seman menggantikan sang ayah untuk meneruskan perjuangan melawan kolonial Belanda.
Setelah Pangeran Antasari meninggal, Sultan Muhammad Seman menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin Kesultanan Banjar. Beliau mendapatkan gelar Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Muhammad Seman.
Terkenal Dekat dengan Rakyat
Meskipun Pangeran Antasari menjadi bagian dari keluarga Sultan Banjar, namun beliau tidak hidup di dalam istana. Beliau besar di tengah-tengah rakyat biasa, sehingga mampu merasakan kehidupan, perasaan serta penderitaan mereka.
Selain itu, Pangeran Antasari sering mendalami ilmu agama dari para ulama. Tak heran jika beliau tumbuh menjadi sosok berjiwa sosial tinggi serta berilmu agama luas.
Perjuangan Pangeran Antasari
Pada tahun 1857, Sultan Tamjidillah II menjadi Sultan Kerajaan Bandar, padahal yang mesti naik tahta saat itu adalah Pangeran Hidayat. Kala itu, banyak rakyat tidak menyukai Sultan Tamjid karena terlalu berpihak kepada Belanda.
Belanda sendiri memang sengaja memberikan dukungan kepada Sultan Tamjid. Tentunya, intervensi Belanda tersebut sudah sangat meresahkan, bahkan pengangkatan seorang Sultan pun mereka yang menentukan.
Belanda memiliki tujuan untuk melemahkan kerajaan, sehingga mereka mengadu domba golongan-golongan yang ada dalam istana hingga terpecah dan bermusuhan. Usaha Belanda ini terkenal dengan istilah Devide et impera (politik adu domba).
Pangeran Antasari tak menginginkan perpecahan terjadi di kampung halamannya. Beliau pun berinisiatif untuk mengusir para penjajah dari Kerajaan Bandar tanpa adanya kompromi.
Pangeran Antasari berusaha membela hak Pangeran Hidayat dan bersekutu dengan para kepala daerah, mulai dari kepala daerah Hulu Sungai, Kapuas, Martapura, Kahayan, Barito serta Pleihari.
Pecahnya Perang Banjar
Setelah berhasil meyakinkan para kepala daerah, Pangeran Antasari memulai perlawanan kepada kolonial Belanda pada tanggal 25 April 1859. Perlawanan inilah yang kita kenal dengan sebutan Perang Banjar.
Bersama para prajuritnya, beliau menyerang tambang batu bara milik Belanda yang terletak di kecamatan Pengaron, kota Banjar.
Belanda sempat kewalahan akibat kobaran semangat dari perlawanan Pangeran Antasari dan prajuritnya. Kolonial Belanda berusaha menyuap dan memberikan hadiah agar Pangeran Antasari menghentikan serangan.
Namun, bujukan tersebut beliau tolak mentah-mentah dan terus melawan kolonial Belanda.
Pangeran Antasari mulai menyerang pos penjagaan Belanda yang berada di Martapura, Riam Kanan, Hulu Sungai, Tabalong, Tanah Laut, Puruk Cahu hingga sepanjang sungai Barito.
Pasukan Pangeran Antasari berhasil menyerang dan merebut pos serta benteng pertahanan Belanda. Sayangnya, pasokan persenjataan Belanda tak berhasil mereka rebut.
Untuk mengatasi masalah makanan dan persediaan senjata yang mulai menipis, Pangeran Antasari pun mulai menulis surat kepada beberapa kerabatnya yang ada di Kerajaan Kutai.
Beliau menulis surat pada tanggal 18 Februari 1860 dan mengirimkannya kepada Pangeran Purbasari, Pangeran Anom, Pangeran Nata Kusuma serta Kerta.
Bantuan yang para kerabatnya berikan membuat api semangat melawan kolonial Belanda semakin berkobar. Pangeran Antasari berhasil memimpin pasukannya untuk meledakkan sekaligus menenggelamkan kapal milik Belanda, yaitu kapal Onrust.
Peledakan tersebut membuat 40 marinir, 10 perwira hingga 43 anak buah Belanda tewas dalam kapal. Hal ini tentu saja membuat Belanda marah serta membuat keputusan untuk menghapus Kesultanan Banjar pada 11 Juni 1860.
Meski begitu, semangat pasukan Pangeran Antasari malah semakin membara hingga melanjutkan perlawanan sampai ke Kalimantan Tengah.
Sayangnya, saat Belanda mendapatkan bantuan persenjataan modern pada 9 Agustus 1860, pasukan Pangeran Antasari mulai terdesak. Bahkan, pusat pertahanan rakyat Banjar harus pindah ke Muara Teweh.
Beruntungnya, sampai akhir tahun 1861, Pangeran Antasari dan pasukannya masih bisa melindungi benteng Tundakan serta Mount Tongka.
Cara Licik Belanda Mencoba Mengalahkan Pangeran Antasari
Belanda pernah melakukan cara licik untuk bisa mengalahkan Pangeran Antasari. Yaitu menawarkan hadiah kepada siapapun yang mampu menangkap serta membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden.
Namun, tak ada satu pun rakyat yang mau menerima tawaran, bahkan hingga perang telah usai.
Pemimpin Kerajaan Banjar
Ketika kolonial Belanda menyerang Pengaron, diam-diam mereka menyandera keluarga Pangeran Hidayatullah Khalilullah. Supaya keluarganya tak terbunuh, Pangeran Hidayatullah terpaksa keluar dari arena gerilya.
Namun, keputusannya ini malah membuat beliau tertangkap dan dikucilkan ke daerah Cianjur.
Kesultanan Banjar pun menjadi kosong, sehingga Pangeran Antasari pun diangkat sebagai pemimpin. Upacara penobatannya diselenggarakan pada 14 Maret 1862 atau 13 Ramadhan 1278 Hijriah.
Saat proses penobatannya, Pangeran Antasari memberikan seruan yang terkenal hingga sekarang, yaitu:
Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah
Beliau juga mendapatkan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, artinya seorang pemimpin pemerintahan, panglima perang serta pemuka agama tertinggi.
Pangeran Antasari tak hanya menjadi pemimpin untuk suku Banjar saja, melainkan beberapa suku yang ada di sekitarnya. Bahkan, mayoritas warganya pun tak semua beragama Islam, ada juga para pemilik keyakinan Kaharingan.
Akhir Hidup Pangeran Antasari
Pangeran Antasari meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 1862 akibat wabah cacar yang menyerangnya. Beliau meninggal pada usia 75 tahun.
Sebelum meninggal, Pangeran Antasari berpesan kepada keturunannya agar tetap meneruskan perjuangannya melawan kolonial Belanda. Pangeran Antasari dikebumikan di Taman Makam Perang Banjar, Banjarmasin Utara.
Penghargaan
Berkat perjuangannya melawan kolonial Belanda, Pangeran Antasari mendapatkan beberapa penghargaan, yaitu:
- Gelar Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah RI berdasarkan SK Nomor 06/TK/1968 di Jakarta, 27 Maret 1968
- Namanya banyak diabadikan sebagai nama jalan. Bahkan, nama “Antasari” diabadikan pada Korem 101/Anatasari serta julukan untuk Kalimantan Selatan, yaitu “Bumi Antasari”
- Pemerintah Republik Indonesia memperkenalkan Pangeran Antasari dalam mata uang kertas Rp 2.000 yang muncul pada tahun 2006.
Kesimpulan
Demikian informasi seputar biografi Pangeran Antasari, sang pemimpin perang Banjar yang berani mengusir kolonial Belanda.
Dari perjuangan Pangeran Antasari, kita bisa mengambil hikmah agar terus berjuang dan tak mudah menyerah dalam menghadapi suatu masalah atau tantangan.
Bagaimana, menarik sekali ‘kan? Nantikan informasi seputar biografi tokoh nasional lainnya hanya di Biografinesia, ya!