Tragedi G30S PKI meninggalkan kisah memilukan karena ada 7 jenderal yang menjadi korbannya. Selain Jenderal DI Panjaitan yang sudah kita bahas sebelumnya, kini sobat Biografinesia akan mengetahui biografi Letjen R Suprapto, salah satu jenderal yang menjadi korban pembunuhan PKI.
Letjen R Suprapto pernah ikut berjuang bersama Jenderal Soedirman dalam pertempuran Ambarawa dan menjadi ajudan Jenderal Soedirman sendiri.
Daripada menunggu lama, yuk langsung simak biografi Letjen R Suprapto berikut ini.
Contents
Profil Letjen R Suprapto
Nama: Raden Suprapto
Tempat Lahir: Purwokerto, Jawa Tengah
Tanggal Lahir: 20 Juni 1920
Wafat: 1 Oktober 1965
Profesi: TNI
Pasangan: Julie Suparti
Anak: Ratna Purwati, Sri Lestari, Pudjadi Setiadharma, Asung Pambudi, serta Arif Prihadi Ajidharma
Biografi Letjen R Suprapto
Raden Suprapto lahir pada tanggal 20 Juni 1920, Purwokerto, Jawa Tengah. Beliau tinggal di lingkungan religius yang memberikan pengaruh baik pada wataknya.
Ajaran agama yang Raden Suprapto dapatkan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tenang dan lembut. Selain itu, R Suprapto merupakan anak terakhir dari 10 bersaudara.
Raden Suprapto menikah dengan Julie Suparti. Dari hasil pernikahannya, Suprapto memiliki 5 orang anak.
Pendidikan R Suprapto
Letjen R Suprapto mengawali pendidikannya di sebuah sekolah dasar Hindia Belanda yang ada di Purwokerto, yaitu Hollandsch Indlanche School (HIS).
Setelah tamat dari HIS, Suprapto melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, yaitu Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Kemudian beliau kembali melanjutkan menimba ilmu ke sekolah setingkat SMA, yaitu Algemeene Middelbare School (AMS) bagian B di Yogyakarta dan lulus pada tahun 1941.
Di tahun yang sama, situasi Perang Dunia II yang terjadi sejak tahun 1939 kian memanas.
Suprapto pun bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Belanda, yaitu Koninklijke Militaire Akademie yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat.
Namun, masa pendidikan militer ini tidak sampai tamat karena Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942.
Jejak Karir Letjen R Suprapto
Raden Suprapto pernah menjadi tawanan pemerintah militer Jepang (Dai Nippon), tetapi berhasil melarikan diri.
Setelah berhasil kabur, beliau justru bergabung dengan beberapa organisasi paramiliter bentukan pemerintah Jepang.
Mulai dari Kursus Pusat Latihan Pemuda, Barisan Pemuda (Seinendan), Barisan Pembantu Polisi (Keibodan) dan Barisan Pelopor (Syuisyintai).
Pengalaman kemiliteran dari masa Hindia Belanda dan Jepang membuat Raden Suprapto memiliki modal untuk ikut serta dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Setelah Indonesia merdeka, Suprapto ikut serta dalam melucuti persenjataan tentara Jepang yang berlokasi di Cilacap.
Kemudian, Raden Suprapto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal bakal lahirnya TNI.
Beliau terlibat dalam berbagai pertempuran, salah satunya pertempuran Ambarawa pada bulan Desember 1945. Bahkan, R Suprapto dipercaya menjadi ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, karir militer Letjen R Suprapto pun semakin aktif.
Suprapto pernah menjadi Kepala Staff Tentara dan Teritorial IV/Diponegoro wilayah Semarang. Kemudian, beliau pindah ke Jakarta menjadi Staff Angkatan Darat.
Beliau juga sempat mengabdikan diri di Kementerian Pertahanan. Bahkan ikut membasmi pemberontakan PRRI/Permesta yang mulai bisa padam pada tahun 1958.
Selanjutnya, R Suprapto ditunjuk sebagai Deputi atau Wakil Kepala Staff Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera yang markasnya ada di Medan.
Ikut Berjuang dalam Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 12 sampai 15 Desember 1945, pertempuran Ambarawa pecah. Raden Suprapto turut berjuang dan mendampingi Komandan Divisi V, yaitu Kolonel Soedirman.
Peristiwa ini bermula dari pertempuran di wilayah Magelang, yaitu merebut benteng Banyubiru. Akhir dari pertempuran ini adalah jatunya benteng Willem I yang ada di Ambarawa ke tangan TKR.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berhasil mengungguli pasukan Serikat yang memiliki persenjataan lengkap. Pasukan Serikat pun dipukul mundur dan melarikan diri ke wilayah Semarang.
Menjadi Ajudan Jenderal Soedirman
Setelah pertempuran Ambarawa selesai, pemerintah melantik Kolonel Soedirman menjadi Panglima Besar TKR. Kemudian, Soedirman memilih Suprapto untuk menjadi ajudannya karena sudah menjalin hubungan baik.
Tentunya, tugas sebagai seorang ajudan yang Suprapto miliki tidaklah mudah. Beliau turut menyempurnakan TKR dan berusaha untuk menghadapi berbagai macam ancaman dari musuh.
Raden Suprapto menjadi ajudan Soedirman selama hampir 2 tahun. Kemudian, pada tahun 1948, Suprato tak lagi menjadi ajudan Soedirman, namun diangkat menjadi Kepala Bagian II Markas Komando Jawa yang dipimpin oleh A.H. Nasution.
Beliau mengundurkan diri menjadi ajudan tepat setelah markas Komando Jawa berhasil terbentuk.
Kematian Letjen R Suprapto dalam Peristiwa G30S PKI
Pada tanggal 30 September 1965, Suprapto mencabut giginya yang sedang sakit. Saat malam tiba, beliau merasa tak enak badan dan memutuskan untuk melukis agar bisa menghabiskan waktu.
R Suprapto terkenal pandai dalam bidang seni, terutama melukis. Rencananya, lukisan yang ia buat akan disumbangkan ke Museum Perjuangan Yogyakarta.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam hari, tiba-tiba datang segerombolan orang berpakaian senjata lengkap ke rumahnya. Anjing yang ada di kediaman rumahnya terus menggonggong menandakan ada orang tak dikenal masuk ke rumahnya.
Suprapto pun terbangun dan bertanya siapa yang datang. Orang yang ada di luar pun menjawab bahwa mereka adalah pasukan Cakrabirawa.
Mendengar jawabannya, Suprapto tak curiga sedikit pun karena ia mengetahui bahwa pasukan Cakrabirawa merupakan pasukan terpercaya yang bertugas sebagai pengawas Istana dan Presiden.
Salah satu gerombolan itu berkata bahwa Suprapto harus segera menemui presiden. Karena R Suprapto adalah perwira yang patuh, beliau pun bersedia untuk pergi.
Saat suprapto meminta izin untuk berganti pakaian terlebih dahulu, pasukan itu malah tak mengizinkan. Bahkan, beliau langsung ditodong oleh senjata dan dibawa paksa ke luar pekarangan rumah.
R Suprapto dibawa ke Lubang Buaya dan mulai dieksekusi. Setelah meninggal, jenazahnya dilempar begitu saja ke sebuah sumur sempit bersama para jenazah perwira lain yang sudah terbunuh oleh para PKI.
Kala itu, Suprapto dituduh bergabung dengan Dewan Jenderal yang ingin menggulingkan Soekarno, sehingga beliau pun harus diculik.
Jenazah R Suprapto dan perwira lainnya baru ditemukan pada 3 Oktober 1965 dan disemayamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.
Penghargaan
Mayor Jenderal TNI R Suprapto mendapatkan Kenaikan Pangan Luar Biasa (KPLB) menjadi Letjen TNI (Anumerta) karena telah gugur dalam tugas.
Selain itu, berdasarkan Keputusan Presiden No. 050/BTK/TH/1965, tanggal 10 November 1965, Letjen TNI (Anumerta) R Suprapto mendapatkan tanda kehormatan Bintang Republik Indonesia Adipradana.
Beliau juga mendapatkan gelar Pahlawan Revolusi dan Pahlawan Nasional sejak berlakunya UU No 20 Tahun 2009.
Kesimpulan
Letjen R Suprapto memiliki banyak perjuangan dan jasa, terutama pada bidang militer. Beliau telah ikut serta dalam berbagai pertempuran, salah satunya pertempuran besar yang terjadi di Ambarawa.
Atas perjuangan dan kehebatannya selama berada di militer, Suprapto pun menjadi ajudan atau orang kepercayaan Jenderal Soedirman. Beliau juga berhasil menempati berbagai posisi pada bidang militer selama masa hidupnya.
Itulah informasi seputar biografi Letjen R Suprapto, salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam tragedi G30S PKI. Nantikan informasi seputar biografi pahlawan nasional lainnya hanya di Biografinesia, ya!