Halo sobat Biografinesia! Sebelumnya kita sudah membahas kiprah Presiden RI Ke-4, yaitu KH Abdurrahman Wahid. Kali ini, kalian akan mengetahui biografi Fatmawati Soekarno Putri, perempuan Indonesia yang menjahit sang saka merah putih untuk pertama kalinya.
Fatmawati adalah istri dari presiden pertama Indonesia, yaitu Soekarno. Beliau berjasa bagi kemerdekaan Indonesia, sehingga mendapatkan penghargaan Pahlawan Nasional dari pemerintah RI.
Buat kamu yang penasaran dengan biografi Fatmawati Soekarno Putri, yuk langsung saja cek ulasannya.
Contents
- 1 Profil Fatmawati
- 2 Biografi Fatmawati Soekarno Putri
- 3 Pendidikan Fatmawati Soekarno Putri
- 4 Pernah Mendapat Ramalan dari Ahli Nujum
- 5 Pertemuan Fatmawati dengan Soekarno
- 6 Menikah dengan Soekarno
- 7 Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih Pertama Kali
- 8 Akhir Hidup Fatmawati
- 9 Penghargaan Fatmawati Soekarno Putri
- 10 Kesimpulan
Profil Fatmawati
Nama Asli: Fatimah
Tempat Lahir: Bengkulu
Tanggal Lahir: 5 Februari 1923
Pasangan: Soekarno
Anak: Guntur Soekarnoputra, Guruh Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri
Karya Buku: Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karo
Wafat: 14 Mei 1980
Biografi Fatmawati Soekarno Putri
Fatmawati lahir pada tanggal 5 Februari 1923 di daerah Bengkulu. Beliau merupakan anak tunggal yang kehadirannya sangat orangtuanya nantikan. Bahkan, ibu dan ayahnya sudah menyiapkan dua nama yang akan mereka pilih salah satu.
Nama pertama adalah Fatimah yang memiliki arti bunga teratai. Kemudian, nama kedua yaitu Siti Djabaidah berasal dari salah satu nama istri nabi Muhammad SAW.
Kedua nama tersebut tertulis dalam dua carik kertas, lalu mulai mereka gulung dan undi. Ternyata, yang jatuh adalah kertas bertuliskan nama Fatimah, sehingga nama inilah yang orangtuanya gunakan dan kita kenal sekarang dengan nama ‘Fatmawati’.
Ayah Fatmawati bernama Hassan Din dan Ibunya bernama Siti Chadijah. Keluarganya cukup dihormati masyarakat daerah karena disebut masih keturunan dari kerabat Kesultanan Indrapura yang kala itu mengungsi ke Bengkulu akibat tekanan Belanda pada awal abad ke-19.
Selain itu, ayahnya termasuk ke dalam salah satu tokoh Muhammadiyah Bengkulu. Beliau merupakan pegawai perusahaan Borsumij yang memiliki pangkat Klerk (tata usaha). Sementara ibunya Fatmawati adalah seorang IRT (Ibu Rumah Tangga).
Pendidikan Fatmawati Soekarno Putri
Kala berusia 6 tahun, Fatmawati menempuh pendidikan dasar ke Sekolah Gedang (Sekolah Rakyat). Sepulang dari sekolah, beliau akan belajar agama Islam dan melantunkan ayat suci Al-Qur’an bersama sang kakek, Datuk Basaruddin.
Pada tahun 1930, ayahnya memindahkan Fatmawati ke sekolah berbahasa Belanda, yaitu HIS. Karena pindah sekolah, beliau harus menempuh jarak 6 km dari rumah.
Setiap pagi, Fatmawati akan menumpang mobil Jeep pengangkut balok es untuk berangkat sekolah. Sementara pulangnya, beliau dan teman-temannya akan berjalan menerobos terik sang surya.
Saat kelas tiga, ayahnya harus kembali memindahkan Fatmawati ke HIS Muhammadiyah Salatiga karena situasi politik. Bahkan, sang ayah yang kala itu menjabat sebagai Konsul Perserikatan Muhammadiyah pun harus meninggalkan pekerjaan lamanya.
Pendapatan mulai berkurang, tetapi Hassan harus tetap menghidupi keluarga kecilnya. Ia pun mulai berdagang menjajakan kacang bawang dan membuka warung depan rumah. Sesekali Fatmawati ikut membantu menunggui warung tersebut.
Tak lama setelah itu, keluarga Fatmawati terpaksa harus pindah lagi, kali ini ke Palembang. Ayahnya mulai membuka bisnis percetakan. Fatmawati pun melanjutkan sekolah ke HIS Muhammadiyah Palembang saat kelas 4 dan 5.
Sayangnya, usaha sang ayah kurang lancar dan mereka memutuskan untuk berpindah lagi ke Curup, sebuah daerah antara Lubuk Linggau dengan Bengkulu.
Kondisi ekonomi semakin memburuk, orangtuanya mulai berjualan sayur. Sementara Fatmawati akhirnya memutuskan untuk putus sekolah.
Pernah Mendapat Ramalan dari Ahli Nujum
Pada suatu waktu, seorang ahli nujum pernah mendatangi Hassan Din dan berkata bahwa putrinya akan menikah dengan seseorang dengan kedudukan tinggi.
Hassan tentu saja menolak ramalan tersebut, apalagi dalam pikirannya istilah ‘seseorang berkedudukan tinggi’ sudah pasti merujuk kepada para pejabat Belanda.
Siapa sangka, ternyata Fatmawati remaja justru dipinang oleh Soekarno, lelaki berdarah Jawa-Bali yang menjadi bapak proklamator sekaligus presiden pertama RI.
Pertemuan Fatmawati dengan Soekarno
Pertemuan pertama Fatmawati dan Soekarno terjadi pada tahun 1938. Kala berusia 15 tahun, Fatmawati mulai bergabung dengan perserikatan Muhammadiyah.
Suatu waktu, sang ayah mengajak putrinya untuk bertemu Soekarno yang sedang tentara Belanda asingkan ke Bengkulu dari Flores. Fatmawati senang sekali karena akan bertemu dengan sosok yang mampu membuat penjajah kesulitan.
Fatmawati berusaha tampil angguh dengan mengenakan pakaian kurung merah hati dan tutup kepala tile kuning dibordir. Saat melihat pertama kali, Fatmawati begitu kagum dengan sosok Soekarno yang berbadan tegap dan sorot mata berseri-seri.
Hubungan Soekarno dengan keluarga Fatmawati menjadi semakin erat karena kesamaan visi. Bahkan, Hassan pernah meminta Soekarno untuk menjadi guru sekolah Muhammadiyah.
Selain itu, atas bantuan Soekarno, Fatmawati pun dapat kembali melanjutkan sekolahnya ke RKVakschool dan lulus pada usia 17 tahun.
Saat lulus dari RKVakschool, Fatmawati mendapatkan hadiah sepeda dari sang ayah. Sepeda itu mengantarkan dirinya datang ke kediaman Soekarno untuk meminta saran terkait lamaran yang ia dapatkan dari seorang lelaki Wedana.
Alih-alih memberikan saran, Soekarno malah terdiam dan mengungkapkan perasaannya. Tentu saja, Fatmawati sangat terkejut. Sebab, meskipun dirinya mengagumi sosok Soekarno, tetapi ia tak ingin mengganggu kehidupan rumah tangganya.
Tak hanya itu, Fatmawati juga enggan dimadu, apalagi Soekarno saat itu hampir seumuran dengan ayahnya.
Fatmawati pun memutuskan untuk meminta nasihat kepada sang ayah. Tentu, ayahnya keberatan apalagi adat masyarakat Bengkulu sungguh menentang praktik poligami.
Menikah dengan Soekarno
Di sisi lain, Soekarno mengungkapkan keinginannya untuk mempersunting Fatmawati kepada sang istri, yaitu Inggrid. Tetapi, Inggrid tak ingin dipoligami dan memutuskan untuk cerai, lalu kembali ke Bandung.
Akhirnya, saat Fatmawati berusia 20 tahun, pernikahan dirinya dan Soekarno pun berlangsung, tepatnya pada bulan Juli 1942.
Tetapi, Soekarno tak datang ke pernikahannya dan diwakili oleh Opseter Sarjono. Sementara wali dari pihak perempuan adalah Datuk Basarudin.
Seusai pernikahan, Fatmawati langsung hijrah ke Jakarta. Beliau sangat senang karena tidak menjadi tanggungan lagi bagi orangtuanya. Selain itu, acara syukuran pernikahan pun dilakukan di kediaman Soekarno yang ada di Jakarta.
Tak berselang lama, kabar gembira datang kepada sepasang suami istri ini. Keduanya mendapatkan 5 orang anak, 2 putra dan 3 putri, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih Pertama Kali
Pemerintah Jepang menjanjikan Indonesia merdeka dan bendera merah putih serta lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikumbangkan.
Fatmawati berinisiatif untuk membuat bendera merah putih. Sayangnya, kala itu sulit sekali mendapatkan kain merah dan putih dari luar.
Namun, berkat bantuan Shimizu, orang Jepang yang bertugas sebagai perantara perundingan Jepang-Indonesia, akhirnya Fatmawati berhasil mendapatkan kain tersebut.
Kain merah dan putih itu Shimizu dapatkan dari gudang di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat. Kemudian, Chairul dari golongan muda lantas mengantarkannya kepada ibu Fatmawati yang sedang hamil tua.
Fatmawati menjahit kain merah putih pusaka di ruang makan, depan kamar tidurnya. Ia menggunakan mesin jahit Singer yang digerakkan dengan tangan.
Kondisinya yang lemah karena hamil tua membuatnya membutuhkan waktu dua hari untuk menjahit bendera pusaka.
Pada Jumat, 17 Agustus 1945, banyak orang yang mengerumuni rumahnya agar Soekarno segera menyerukan kemerdekaan Indonesia.
Soekarno dan Moh Hatta pun segera keluar dan mulai membacakan teks proklamasi yang menjadi pertanda bahwa Indonesia sudah merdeka.
Bendera merah putih pun berkibar dengan iringan lagu Indonesia Raya secara khidmat.
Akhir Hidup Fatmawati
Fatmawati memutuskan bercerai dengan Soekarno lantaran tetap memegah teguh prinsipnya yang tak ingin dimadu, kala sang suami mengatakan akan menikahi Hartini.
Beliau pindah seorang diri dari istana negara ke Jalan Sriwijaya, dekat dengan Masjid Baitul Rachim.
Fatmawati meninggal dunia setelah melaksanakan ibadah umroh akibat serangan jantung di General Hospital Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 14 Mei 1980 dan dimakamkan di TPU Karet, Jakarta.
Penghargaan Fatmawati Soekarno Putri
Atas jasanya untuk kemerdekaan Indonesia dengan menjahit sang saka merah putih untuk pertama kali, Fatmawati mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres RI Nomor 118/TK/2000, pada 4 November 2000.
Kesimpulan
Nah, itulah informasi seputar biodata Fatmawati Soekarno Putri, istri presiden RI pertama yang berjasa karena sudah menjahit bendera merah putih. Nantikan update seputar biografi pahlawan nasional lainnya hanya di Biografinesia, ya!