Biografi KH Abdurrahman Wahid: Presiden Ke-4 Indonesia

Halo sobat Biografinesia! Sebelumnya, kita sudah membahas kiprah Adam Malik sebagai seorang wapres ke-3 RI. Nah, sekarang saatnya membahas biografi KH Abdurrahman Wahid yang pernah menjabat sebagai Presiden ke-4 Indonesia.

KH Abdurrahman Wahid atau terkenal dengan sapaan Gus Dur menjadi presiden RI ke-4 periode 1999-2001. Beliau menggantikan posisi BJ Habibie setelah terpilih melalui Pemilu 1999.

Bagi kalian yang penasaran dengan biografi KH Abdurrahman Wahid, yuk baca sampai selesai, ya!

Profil KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Nama: Abdurrahman Wahid

Nama Panggilan: Gus Dur

Tempat Lahir: Jombang, Jawa Timur

Tanggal Lahir: 4 Agustus 1940

Jabatan: Presiden RI Ke-4

Periode: 1991-2001

Istri: Sinta Nuriyah

Anak: Alissa Qotrunnada, Anita Hayatunnufus, Inayah Wulandari dan Zannuba Ariffah Chafsoh

Wafat: 30 Desember 2009

Biografi KH Abdurrahman Wahid

Biografi KH Abdurrahman Wahid
Sumber: Kebudayaan.Kemdikbud.go.id

Abdurrahman Wahid lahir pada tanggal 4 Agustus 1940 di Jombang, Jawa Timur. Gus Dur, panggilan akrabnya, adalah putra pertama dari 6 bersaudara.

Ayahnya bernama KH Wahid Hasjim, pendiri organisasi besar NU (Nahdlatul Ulama). sementara Ibunya Ny Hj Sholehah, putri dari pendiri Pesantren Denanyar Jombang.

Saat masih kecil, Gus Dur terlihat suka membaca dan seringkali menghabiskan waktu di perpustakaan pribadi milik ayahnya.

Bahkan, kala usianya sudah beranjak remaja, Gus Dur seringkali mampir ke perpustakaan umum Jakarta dan mulai membaca berbagai macam buku, seperti majalah, novel hingga surat kabar.

Berkat lingkungan sekitarnya, Abdurrahman Wahid sudah mengerti bahwa dirinya akan mengambil alih tanggungjawab NU suatu hari nanti.

Sehingga, pada bulan April 1953, bersama Ayahnya beliau pergi ke Sumedang, Jawa Barat untuk menghadiri rapat pertemuan Nahdlatul Ulama (NU).

Naasnya, di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan hingga menewaskan sang ayah.

Pendidikan

Pada tahun 1953, Gus Dur memutuskan untuk menimba ilmu ke Yogyakarta. Beliau mulai bersekolah di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gowongan dan sempat menetap di Pesantren Krapyak.

Namun, lingkungan pesantren membuatnya tak bisa beraktivitas leluasa, sehingga beliau memutuskan untuk tinggal di kota dan tinggal bersama H Juanedi yang kala itu merupakan seorang pimpinan lokal Muhammadiyah.

Tamat dari SMEP, Gus Dur memutuskan untuk melanjutkan pendidikan agama Islam ke pesantren yang dipimpin oleh KH Chaudhary, yaitu Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah.

Setelah dua tahun, beliau kembali ke Jombang dan menetap di Pesantren Tambak Beras hingga berusia 20 tahun.

Pada usia 22 tahun, Abdurrahman Wahid memutuskan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus ke Mesir untuk lanjut kuliah di Universitas Al-Azhar.

Namun, beliau tak langsung masuk ke Universitas Al-Azhar, melainkan masuk ke Madrasah Aliyah terlebih dahulu.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Mesir, Gus Dur mulai mengunjungi berbagai universitas yang ada di negara lain. Akhirnya, beliau menetap di Belanda selama 6 bulan serta membentuk perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia.

Karir Gus Dur Pada Masa Orde Baru

Pada tahun 1971, tepatnya masa pemerintahan Order Baru, Abdurrahman Wahid kembali ke Indonesia dan langsung disibukkan oleh banyak kegiatan.

Gus Dur memulai karirnya dengan menjadi seorang jurnalis serta mengembangkan pendidikan yang ada di pesantren.

Tahun 1980-an, beliau mulai terjun ke dunia politik, namun tak lama kemudian memilih berhenti karena ingin fokus mengurus kegiatan di NU.

Gus Dur mulai mereformasi dan menghidupkan lagi organisasinya, yang tadinya sempat dianggap stagnan.

Selanjutnya, KH Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Ketua NU pada tahun 1984. Beliau kembali memegang jabatan ini setelah berhasil menang suara dalam Musyawarah Nasional 1989.

Saat menjabat sebagai Ketua NU untuk kedua kalinya, Gus Dur sempat berselisih dengan rezim Soeharto. Akibatnya, beliau sempat dijegal oleh rezim Orde Baru pada pemilihan Ketua NU tahun 1994.

Meski begitu, beliau tetap menjabat sebagai ketua NU untuk ketiga kalinya.

Presiden Ke-4 Republik Indonesia

Presiden Gus Dur
Sumber: VOI

Setelah Soeharto tak lagi menjabat sebagai presiden, banyak partai politik baru yang bermunculan. Hingga pada bulan Juni 1998, banyak orang dari NU yang mengharapkan Gus Dur untuk mencoba membentuk partai politik.

Sebulan setelahnya, beliau menanggapi permintaan pembentukan partai politik karena menyadari bahwa ini menjadi satu-satunya cara supaya bisa bertahan di dunia politik atau pemerintahan.

KH Abdurrahman Wahid mulai membuat partai politik bernama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kemudian menjabat sebagai Dewan Penasihat.

Tanggal 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan bahwa Gus Dur menjadi kandidat pemilihan presiden RI. Beliau dinyatakan sebagai calon presiden oleh Poros Tengah pada tanggal 7 Oktober 1999.

Adapun Poros Tengah ini merupakan koalisi partai politik yang terdiri dari Partai Bulan Bintang, Partai Amanat Nasional (PAN), PKB, PPP dan PK.

Selanjutnya, tanggal 20 Oktober 1999, KH Abdurrahman Wahid resmi menjadi Presiden ke-4 RI menggantikan BJ Habibie.

Hanya saja, masa pemerintahan presiden Gus Dur tak berlangsung lama, yaitu sekitar 2 tahun saja. Sebab, beliau menjadi presiden era Reformasi yang memiliki sejumlah kebijakan kontroversial serta sering berselisih pendapat dengan banyak pihak.

Salah satunya Gus Dur dianggap melanggar UUD 1945 Pasal 9 terkait Sumpah Jabatan serta Tap MPR Nomor IX/MPR/1998 terkait Penyelenggaraan Negara bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Oleh karena itu, beliau dilengserkan dari jabatannya oleh MPR pada tanggal 23 Juli 2021, meskipun seluruh tuduhan-tuduhan yang ada tak pernah terbukti.

Kebijakan Gus Dur Saat Masa Reformasi

Presiden Gus Dur memiliki beberapa kebijakan saat masa pemerintahannya di era reformasi. Beberapa kebijakannya sempat menuai kontroversi dari berbagai pihak.

Adapun kebijakan Presiden Gus Dur pada masa Reformasi, yaitu:

1. Bidang Politik

Salah satu kebijakan politik pada awal pemerintahannya adalah membubarkan Departemen Penerangan. Sebab, pada masa Orde Baru, Departemen Penerangan digunakan Soeharto untuk mengekang kebebasan pers.

Oleh karena itu, Gus Dur membubarkan departemen tersebut agar kebebasan pers bisa lebih terjamin.

Namun, ada juga salah satu kebijakan politik yang menuai kontroversi, yaitu wacana terkait Gus Dur yang ingin mencabut ketetapan MPR terkait pelarangan Partai Komunis dalam Tap MPR No. 25 Tahun 1966.

2. Bidang Ekonomi

Pada tahun 1977-1998, Indonesia sempat mengalami krisis moneter. Untuk menangani masalah ini, Presiden Gus Dur mulai membentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertanggungjawab untuk memperbaiki perekonomian RI.

Kebijakan ekonomi ini menjadi langkah tepat karena mampu membuat kondisi ekonomi Indonesia lebih stabil. Bahkan, selama beliau berkuasa, International Monetary Fund (IMF) tak pernah mencairkan pinjaman kepada Indonesia.

3. Bidang Militer

Kala itu, terjadi Gerakan Aceh Merdeka alias GAM yang bertujuan agar Aceh lepas dari NKRI. Gerakan ini telah menghabiskan banyak nyawa hingga berjumlah ribuan.

Oleh karena itu, Presiden Gus Dur mulai melakukan pendekatan kebudayaan yang memungkinkan GAM bisa berbicara secara terbuka.

Pada tahun 1999, beliau mengeluarkan Keppres Nomor 88 terkait Komisi Independen Pengusutan Tindak Kekerasan di Aceh.

Melalui cara ini, masalah GAM dapat teratasi dan membuat Gus Dur terkenal sebagai presiden yang humanis dan kaya akan kebudayaan.

4. Bidang Hukum

Presiden Gus Dur berhasil mewujudkan pemisahan TNI-Polri di bawah kekuasaan presiden secara langsung. Keputusan Presiden ini resmi keluar dalam Keppres No. 89 Tahun 2000 terkait Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5. Bidang Sosial Budaya

Presiden KH Abdurrahman Wahid membebaskan seluruh rakyatnya dalam kehidupan bermasyarakat serta beragama.

Hal ini terbukti dengan kebijakan yang beliau keluarkan, yaitu Keppres Nomor 6 Tahun 2000 terkait Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Khonghucu serta menetapkan Imlek atau Tahun Baru China sebagai hari besar agama dan libur nasional.

Wafatnya KH Abdurrahman Wahid

Saat menjabat sebagai presiden, KH Abdurrahman Wahid sudah terkena berbagai macam penyakit komplikasi, yaitu diabetes, stroke, gangguan ginjal serta gangguan penglihatan.

Beliau tutup usia pada tanggal 30 Desember 2009, tepatnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta akibat penyakit yang beliau derita.

Kesimpulan

Itulah informasi seputar biografi KH Abdurrahman Wahid yang bisa kalian ketahui. Sampai jumpa di artikel biografi pahlawan nasional lainnya dan semoga bermanfaat, ya!

Tinggalkan komentar